Kamis, 16 Juli 2009

Seri Kesehatan.

Typhus

Thypus abdominalis adalah infeksi berat pada usus, yang menyebabkan tubuh kehilangan cairan dan bahan mineral dalam jumlah banyak.

Thypus abdominalis disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau sejenis bakteri lain yang hampir sejenis. Penularannya bisa melalui kontak antar manusia atau melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh seperti susu, dan air minum yang tidak bersih.

Masa inkubasi

Selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit (masa inkubasi) bergantung dari banyaknya bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Masa inkubasi tersebut berkisar antara 3-60 hari, dengan rata-rata 10 hari.

Gejala Typhus

Gejala typhus antara lain meningkatnya suhu tubuh pada awal minggu pertama disertai lemahnya tubuh, sakit kepala, tidak nafsu makan, dan kesulitan buang air besar. Pada minggu kedua dan ketiga penderita akan mengalami demam tinggi hingga 40°C, pusing, lesu tak bergairah, pembengkakan pada hati dan limpa serta denyut nadi yang makin lemah dan perut kembung.
Pada akhir minggu kedua nampak warna merah pada tubuh. Umumnya, awal minggu ketiga ditandai dengan diare mirip bubur, yang diiringi perdarahan usus dan luka pada usus. Pada saat ini dapat pula typhus menjalar ke organ tubuh lain terutama hati, saluran empedu dan tulang.

Pengobatan

Pengobatan typhus adalah dengan pemberian antibiotik yang mengandung Chloramphenicol dan Ampicillin dan perawatan yang intensif meliputi konsumsi asupan yang lunak-lunak (bubur). Mengatur imbangan (balance) cairan dalam tubuh, pengamatan siklus tubuh dan penghindaran luka pada tubuh.

Resiko berkepanjangan

Setelah penderita melaui proses penyembuhan, bakteri Salmonella mungkin tersisa pada saluran limpa. Bagi sebagian penderita hal ini dapat mengakibatkan resiko infeksi yang berkelanjutan. Untuk itu, setiap penderita Thypus abdominalis dianjurkan menjalani pengobatan dengan baik dan menyeluruh.


KOLESTEROL

Apa kolesterol sebenarnya?

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan dari dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel.

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, sejauh pemasukan ini seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat.

Kolesterol tidak larut dalam cairan darah, untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama protein menjadi partikel yang disebut Lipoprotein, yang dapat dianggap sebagai ‘pembawa’ (carier) kolesterol dalam darah

Apakah kolesterol berbahaya?

Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
Jenis kolesterol ini berbahaya sehingga sering disebut juga sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkankan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner sekaligus target utama dalam pengobatan.

Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein).
Kolesterol ini tidak berbahaya. Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan sering disebut kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses Aterosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah).

Trigliserida
Selain LDL dan HDL, yang penting untuk diketahui juga adalah Trigliserida, yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula, dan makanan berlemak.

Tingginya kadar trigliserida (TG) dapat dikontrol dengan diet rendah karbohidrat.


HAMIL DI ATAS USIA 40 TAHUN


Wanita yang melahirkan di atas usia 40 tahun memiliki kemungkinan hidup lebih panjang.

Hamil dan melahirkan di atas usia 35 tahun selalu dianggap berisiko tinggi. Baik untuk janin maupun sang ibu yang mengandung.

Tapi sebuah penelitian menyebutkan bahwa hamil di atas usia 4o tahun justru bisa memperpanjang umur. Bagaimana mungkin?

Menurut penelitian University of Utah, wanita yang hamil dan melahirkan secara normal di usia 40-50 tahun memiliki kemungkinan hidup lebih lama.

Tapi hal itu hanya berlaku pada mereka yang hamil dengan pembuahan normal, bukan dengan metode bayi tabung atau suntik hormon penyubur kandungan.

Para peneliti mengungkapkan, faktor keturunan sangat berperan dalam hal ini. Terutama masalah kesuburan alami di atas usia 40 tahun.

“Jika wanita dalam keluarga Anda melahirkan pada usia tua, ada kemungkinan Anda juga memiliki gen yang bisa membuat Anda juga hidup lebih lama,” kata Ken Smith, ketua peneliti.

Ia mengatakan, wanita yang melahirkan pada usia 45 tahun atau lebih memiliki risiko kematian 14-17% lebih kecil daripada wanita yang melahirkan di bawah usia 40 tahun.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa menopause bisa dikaitkan dengan usia yang lebih panjang. Semakin lama datangnya menopause, semakin panjang usia Anda. Hal itu terkait dengan hormon kesuburan.

Jadi, siapa takut...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar